Tentang Bincangku Dan Tuhan Saat Hujan


Hujan datang lagi. Aromanya tercium jelas, aroma kesejukan, aroma kedamaian.

Kali ini hujannya tenang. Setenang bayi yang terlelap di pelukan ibunya. Berharap bisa setenang itu selamanya.

Tapi semua juga pasti sadar. Tak ada kekekalan kecuali Sang Hakiki.

Kubuat secangkir kopi, kopi ketenangan.

Masih, masih sama...

Seperti hari sebelumnya, aku selalu membincangkan kamu dengan Tuhanku bersama secangkir kopi itu.

Dan selalu ada senyum tersipu di seringaiku dalam perbincanganku tentangmu.

Tuhan mengerti aku.

Tak pernah sedikitpun memori tentangmu dihapus oleh-Nya.

Jibril malah dengan gagahnya mengisi pundi ingatanku tentangmu. Lewat hujan yang Dia turunkan, lewat nikmatNya yang tak pernah mengikiskan semua hal tentangmu. Lewat Semua mu.

Aku tahu,

Tuhan dan Jibril memang berkompromi untuk memberiku berkah atas memori tentangmu. Mereka memang cerdik. Selalu bisa membuatku bahagia dan kadang nelangsa.


Aku berterimakasih padamu.

Pada...

Tuhan, yang selalu menemaniku dalam obrolan ringan tentangmu

Jibril, atas nikmat hujan yang makin mempertajam ingatanku tentangmu

Kafein, yang setia mendampingiku saat bayangmu hadir di relungku

Dan kamu, yang tak henti-hentinya menguasai lamunanku, Kamu yang selalu kubincangkan dengan Tuhanku bersama secangkir kopi saat hujan. Kamu...




Comments

Unknown said…
Diperbaiki lagi mas Templatenya biar enak dipandang mata main blogku sini mas bro => http://www.mas-sodik.web.id
Riana maulida said…
rasanya kurang greget ini. Isi lamunannya itu lhooo
Hanip Garihal said…
Terus, kudu ngelamun gimana loh?!