Aleta dan sms nya


Aku sudah lupa apa isi sms pertama itu. Tapi yang aku inget, sms-sms mu yang gokil, tak jarang buat aku terbawa dalam senyuman kecil. Dih,kayak puisi aja. 


Aku juga tak menghitung berapa sms yang dia kirim dan aku balas buat dia. Aku tak perduli berapa pulsa yang sudah habis untuk berkirim pesan dengan dia. Serta tak kufikirkan berapa handphone yang sudah terganti untuk ku ber-message dengan dia. 


Kala itu zaman sms, dimana internet masih sangat langka. Internet masih dalam kandungan. Dan masih berbentuk embrio.

(di indonesia,gak tau kalau di kutub utara).

Fitur di handphone sih sudah ada internetnya. Tapi biaya GPRS mahal. Lagian, harus isi IP dan DNS secara manual. Itu terjadi di tahun 2006 sampai 2009 an. Dimana lagu peterpan terdengar dimana-mana. Dari mal-mal hingga kolong jembatan. Dari anak-anak sampai remaja ubanan. 


Dan warnet menjadi usaha yang berkembang. Seperti jamur di musim penghujan. Puncaknya di tahun 2012 an. Itulah merebaknya internet. Ah,mbuh lah. Gak penting. Lagian aku juga bukan pengamat perkembangan internet.


Kembali ke sms


Mulanya aku gak kenal sama dia. Hanya sms, sms, dan sms. Kalau dapat sms yang belum ada di kontak atau nomor baru, itu seperti nemu kardus di pinggir jalan. Gak tau apa isi selanjutnya. Apakah kesenangan atau kesialan. 


'Acak nomor'


Tradisi yang melekat pada kalangan remaja. Kalau ada yang balas, phone, suaranya cewek, tuh layaknya ada bidadari tersesat yang butuh bantuan kita di bumi.


Kalau beruntung,bidadari tersebut akan mematahkan sayapnya dan memutuskan tetap tinggal di bumi. Maka tak jarang banyak yang nikah gara-gara itu. Kalau kurang beruntung, kita akan nemuin bidadari yang gak sesuai dengan namanya. 


Itu gak seberapa. Parahnya kalau sial menimpa, ada yang sampai dibela-belain jauh nemuin tuh bidadari, alhasil hanya patung yang menghadap ke jalan raya yang kita dapatkan. Bidadari kutukan hasil jahil an temen-temen.


Oh iya, belum aku kenalkan. Temen sms an yang bertahan bertahun-tahun tersebut bernama 


Aleta. 


Yang ada di kontakku sih gitu. Gak tau nama di akte kelahirannya. Karena saya bukan bidan yang menangani kelahirannya. 


Saya hanya pernah jadi bidan waktu membantu twirti lahir ke bumi. Karena tak sabar menunggu dia lahir ke bumi, ku 'bidan' in aja dengan memecahkan cangkang telurnya. So,twirti lahir dengan selamat. Akupun sukses jadi bidan pria pertama. 

Mungkin.

Aleta gadis yang baik. Sejak dia masih kelas 3 SMP kami sudah sms an. Sampai  dia SMK. Sampai selesai sekolah. Sampai aku tak tak tahu kabarnya dengan pasti. Udah,jangan sedih. Aku aja gak sedih. 


Pernah sih merasa kehilangan. Tapi saat mau aku curahkan, eh udah di publikasikan dulu sama Firmansyah. Mau aku tuntut tuh lagu, tapi gak jadi. Karena Firmansyah teman lamaku. Dia pernah nraktir aku makan sop kaki kucing waktu aku masih mangkal di daerah Sunter. 


Ih,..


Oke,kali ini seriusan dikit. 

Aleta yang menemani tiap2 perantauan ku. Karena aku baru lulus sekolah dan baru-baru nya merantau, jadi masih butuh banget orang yang diajak komunikasi. 
Aleta salah satunya. 

Dan dia berada di rangking teratas tangga Kontak di Hp yang 


'paling usang'


Lama sekali. Kadang berhari-hari gak sms. Untuk ngasih ruang agar rasa 'kangen' sms nya muncul lagi. Kadang sampai berminggu-minggu. Walau lebih dari setahun sejak sms pertamanya mendarat di hp ku kita belum bertemu,tapi rasanya kita udah deket banget.


Seperti itulah rasanya cintaku masa dulu. Apalagi saat umur segitu,rasa cinta itu dalam banget. Aku pernah merasakannya. Karena aku juga pernah hidup di umur 17 sampai 23. 


Setelah melewati umur tersebut, barulah 

'hati tanpa rasa yang mendalam' 
menguasai sebagian besar hidupku. Tapi tetep bahagia. Walau tanpa cinta yang teramat dalam. Tapi cukup Dengan cinta 'apa adanya'. 

Karena setahuku,bahagia tuh gak butuh izin. 


Enggak harus tentang cinta. Masih banyak yang ingin aku capai. Yang lebih bermakna bagi diriku sendiri, keluargaku kini, dan keluargaku nanti 

(kalau masih punya masa depan).

Kami (aku dan aleta) 

pun bisa bertatap muka untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun sms an. Enggak ada 10 menit. Waktu yang singkat. 

Buat masak mie instant aja gak cukup waktu tersebut. Apalagi kalau harus beli dulu mie instantnya. Belum lagi gas abis. Pakai kayu bakar deh jadinya. Eh,lupa kalau kayunya udah aku makan waktu kelaperan. 


Alhasil harus tanam pohon lagi buat kayu. Belum gede tuh tanaman,keburu laper,aku makan lagi dah pohonnya. Kasian. Mie instantnya harus menunggu terlalu lama.

Gara-gara kebodohanku.

Karena saking lamanya kita hanya sms,dan gak ada kepastian tentang 

'status' 
kita, lama-lama dia dan aku jarang sms. Kali ini lama banget. Kadang sms hanya basa-basi doank. 

Dan karena seringnya ruang rindu yang kami ciptakan menipis,dan hampir habis.,bahkan sudah tak ada lagi di SPBR (Stasiun Pengisian Bahan Rindu), maka kita sama-sama sadar. Bahwa kita sudah saling cuek. 


Mungkin juga karena dia terlalu lama menunggu pohon yang aku tanam jadi kayu. Hmm


Terakhir kuketahui, Aleta sudah menikah dengan seorang pria. Aku gak kenal dengan siapa dia menikah. Entah teman sekolahnya, entah teman kuliahnya, entah teman sekampungnya. 


Yang jelas bukan dengan saya, teman sms nya.




"Cinta bisa tumbuh kepada siapa saja, dengan media apa saja"

Comments