Maafkan Aku, Rani !!!

Gue udah berhasil tahu namanya, Rani.


Rani tidak terlalu cantik layaknya gadis pujaan pria. Standart buat gue, karena gue juga sering lihat muka sendiri di cermin. Ya, saya sadar dengan nilai muka sendiri. Jadi juga enggak memilih yang terlalu berlebihan. Apalagi dari awal saya pengen punya hiburan agar betah saat kerja. Mau dibilang main-main juga nggak apa-apa. Yang penting gue bakal ngegombal segombal-gombalnya untuk meyakinkan Rani bahwa gue sayang dia (untuk saat itu) tapi gue juga nggak berani bilang SELAMANYA. Walau bagaimanapun, kata yang terucap adalah sebuah komitmen. Semakin seseorang berkomitmen dengan ucapannya, semakin orang tersebut dapat dipercaya oleh siapapun. Itulah dasar yang gue pegang, Kadang !!!

"Krrrrkkk...."

Hapeku bergetar,

"1 pesan diterima"

Gue buka, nomor baru.

"Hai, Hanip ya..."

Nomor baru, langsung tahu nama gue. Gue langsung menebak, pasti ini Rani. 99%.

"Iya, ini siapa ya...???!!!"

Balesan gue untuk sms tadi. Meski 99% gue nebak yang kirim sms tadi Rani, tapi wajib tetap tanya dulu.

"Rani...masih inget kan ??!!"

Balesan sms nya gitu. Gue sedikit eneg, jelas-jelas baru kemarin gue kenalan. Masak perlu nanyain masih inget apa enggak ??!! Yaudahlah, mau bales, "kamu oon banget, baru kemarin kita kenalan masa'ga inget ".... gitu, tapi enggak ah, gue masih mau memperjuangkan dia daripada ego gue. Sebenernya, Basa-basa kek gini yang menandakan bahwa tuh cewek dong-dong (menurut gue). Tapi apa mau dikata, gue juga basa-basi balesnya. Makanya gue juga dong-dong.

"Owh, masih dong. Lagi apa...!!!"

Huwexz...
Segala sesuatu butuh perjuangan. Ya, ini perjuangan gue buat menggaet doi. Walau sedikit basa-basi, untuk mengimbangi perkenalan pada umumnya.

Bla...

Bla...

Bla...

Males banget mikir. Males banget ngetik tentang Rani. Males banget nulis cerita cinta masa lalu. Gue, lagi, Males...

Ah, tapi justru kemalesan inilah yang buat gue inget bahwa gue pernah rajin.

Kapan ??!!

Waktu gue punya gebetan.
Gue rajin banget. Nih, cerita selanjutnya saat gue rajin-rajinnya... masih tentang Rani.

Setelah berkenalan pada umumnya dan sms-an setiap hari, kami makin deket. Tiap habis pulang kerja, yang biasanya gue males mandi, gue jadi rajin banget mandi. Nyampe kontrakan langsung nyari handuk. Kalau enggak cepet-cepet, keburu antri. Manusia penghuni kontrakan satu rumah yang disediakan oleh PT. Wika saat itu mencapai 30 jiwa. Sedangkan kamar mandi hanya ada dua. Kalau enggak cepet mandi, antrinya bisa mencapai 'isya.

Sehabis mandi gue memakai ponds, banyak temen yang ngeledek gue banci. Gue hanya cuek, dikata apa juga gue nggak masalah. Yang penting gue bisa menutupi kejelekan wajah gue dengan kosmetik. Rani membuat gue rajin mandi dan pakai cream kecantikan, eh cream kegantengan.

Skip aja cerita tentang PEDEKATE gua ama Rani. Karena terlalu muna dan basa-basi.

To the point...
Baiknya, gue bisa bangun pagi. Jam 3.00 pagi gue bangun., cuci muka dan janji ketemu doi buat jalan-jalan pagi. Gue bahkan nggak percaya kalau gue Bisa bangun sepagi itu. Yaps, seperti seorang madritista yang rela bangun pagi untuk menyaksikan  gala EL CLASICO.

Tak jarang gue jalan-jalan pagi ma doi. Keren banget (menurutku).

Rani makin sayang ama gue, dan gue juga makin sayang ama dia. Cintaku pada Rani, nggak bertepuk sebelah tangan seperti yang sudah-sudah.

....

Sebuah berita mengejutkan hadir di tengah-tengah kemesraan kami. Para kuli proyek Ducting HARUS meninggalkan proyek dikarenakan ADA SEBUAH MASALAH yang mengakibatkan PT. Wika mengalami kemunduran pesat. Saya tidak tahu sebabnya pasti. Karena disitu, saya hanya sebagai pemula di kerjaan Ducting. Jadi saya tidak berperan sebagai apa-apa. Hanya kenek yang hobi menghisap lem I-bond. Itulah gue.

Finally,
Gue harus pisah ama Rani. Gue pamit ama doi dan doi menangis di depan gue. Gue berjanji bahwa gue bakal balik lagi. Karena gue dapet pesan dari Bos Sugeng bahwa kita bakal melanjutkan pekerjaan setelah semua masalah di tubuh PT. Wika terselesaikan. Tapi janji hanyalah janji. Aku tak pernah kembali karena Wika tak pernah memanggilku untuk kembali ke Surabaya. Tragis !!!

Gue musti pulang ke kampung halaman, Ngawi. Si Rani nangis tak karuan saat gue tinggalkan. Matanya sembab. Air mata yang dia teteskan tak bisa mebendungku untuk tetap tinggal di Surabaya. Rani sangat menyayangi gue. Dia rela memberikan segala apa yang dia punya ke gue. Begitupun saya, walau upah kerja di proyek tak pernah tersisa untuk bersenang-senang dengan Rani, Tapi gue cukup bahagia dan sangat menyayangi Rani. Bukan dari fisik dia, tapi dari kebiasaan bersama dengannya.

Satu yang gue inget, Rani memperjuangkan gue dengan sunnguh-sungguh. Saat gue tukeran hape sekaligus nomernya, si Iany (gadis Purwokerto yang bisa anda lihat ceritanya disini ) sms ke gue. Dan terjadilah perang sms dan phone diantara mereka.

Dasar Rani, gadis surabaya yang terkenal keras, menunjukkan kekerasan kepalanya. Tak sedikit Iany dapet umpatan dari Rani. Gue merasa bersalah diantara mereka. Tapi apa mau dikata, gue emang salah. Janji lelaki emang manis tanpa menyadari kemanisan itu yang bakal buat lelaki tunggang-langgang menutupi kesalahannya. Dan gue, merasa terpuruk diantara dilema yang nggak bisa saya selesaikan. Saat gue disuruh memilih, tentu saja aku milih si Rani yang ada di depan mata. Dan saat si Rani nggak ada, gue sms dan phone ama Iany bahwa gue 'lebih' sayang Iany daripada Rani. Itulah lelaki (gue) yang mulutnya penuh janji kotor.

Makanya jangan hanya percaya sama kata,

Tindakan adalah wujud nyata saat menyayangi seseorang.


....








Comments

Unknown said…
Wah play yang belum insaf.. semangat mencari titik untuk khilaf banh hehe