Namanya, Rani

Lanjutan dari "warung bu RT"


Sesampainya di lantai 12, gue hanya bisa diem melihat Tafsir membuka bekal. Bukan nasi+lauknya, juga bukan ayam panggang. Melainkan daftar skenario ruang yang bakal kami bedah.

Tepatnya, ruang kamar mandi. Tapi kamar mandinya masih polos. Belum mengerti cinta dan selingkuh. Eh, maksudnya belum ada bak mandi, shower dan segala jenis bentuk peralatan mandi.

"Geraji....!!!" Pinta Tafsir sambil naik diatas tangga alumunium yang gue bawa tadi.

"Niih.....!!!!"

Rogh...rogh...orogh...orogh...orogh...dst

Gila, baru pertama gue kerja, gue lihat rekan gue menggergaji plafond. 
Sadar nggak dia ???!!! 
Jangan-jangan dia membuat sabotase untuk mengeluarkan saya dari proyek ???!!!!
Atau kemungkinan parahnya dia kesurupan setan lantai 12 ??!!!
Dan kalau bener, leher gue juga bisa digergaji... 

Akh,
Gue menenangkan diri.
Mencoba berfikir positif.

"Bang....bang.....!!!!!" Teriak gue disela suara berisik Tafsir yang asik menggergaji plafond.

"Ya....ada apa ???!!!" Tanya dia dengan muka mirip zombie.

"Ehm...emang plafond-nya dilobangin buat apa ya...???!!!" Tanya gue setengah gugup.

"Buat nyolong pipa ma kabel di dalam...!!!" Jawabnya enteng sambil melanjutkan menggergaji.

Gue tahu kalau dia bohong. Pasti dia merencanakan hal yang lebih besar. Nyimpen bom kek, nimbun BBM kek, atau nyembunyiin emas 75karat. Waow !!!

Tuh kan,
Gue berada di tempat yang salah.
Gue dikelilingi zombie, teroris dan penjahat dunia yang berkedok topi cangkang !!!


Gue push up, sit up, meninju-ninju tembok, dan menyedot lem I-bond dari kalengnya.

"Ngapain lo...???!!!" Tanya Tafsir melihat tingkah gue yang aneh.

"Enggak bang, latihan aja kalau ada zombie sewaktu-waktu datang menyerang...!!!"

Tanpa mempedulikan gue lagi, Tafsir melanjutkan gerakan maju-mundurin gergajinya.

"Wong edan....!!! Gumamnya lirih.

10 menit kemudian...

Gue mual, kepala pusing, detak jantung meningkat. Tafsir selesai membolongi plafond tersebut. Melihat gue memegang kepala sambil memegang kaleng lem I-bond, tafsir hanya berdecak kagum.

"Ck....ck....ck....., punya kenek baru kok ya sama sintingnya dengan ayam kalkun. Cuma muter-muter di lantai nggak karuan...!!!" Desahnya pada gue.

"Sorry bang,..!!!!" Hanya itu kata yang keluar dari mulut gue.

"Gue masuk ke plafond, ntar kalau aku butuh alat, loe alungin ya...!!!" Perintahnya ke gue.

"Siap bang.....!!!" Jawab gue sambil muntahin paku payung dan lem I-bond.

"Kain....!!!" Teriak tafsir. 

Gue alungin kain.

"Perban....!!!"

Gue lemparkan perban.

"Gunting....!!!"

Gue kasih gunting.

"Lem I-bond....!!!!"

Gue serahkan lem I-bond kering. Bekas gue sedot.

Hari itu serasa singkat banget bagi gue. Ajaran-ajaran sesat Tafsir membuat gue makin mengenal Ductina dan pekerjaan gue. Tapi apa mau dikata, yang namanya pemalas tetep aja ujung-ujungnya tidur waktu tak ada kerjaan. Apalagi dibekali lem I-bond yang sangat membantu proses tidur gue.

....

Sore harinya jam 16.00 saat gue ketiduran di tempat kerja, Tafsir membangunkan jiwa ini dari kehancuran Siluman Naga. 

"Pulang woiiii....!!!"

Teriakan Tafsir membuyarkan mimpiku. Padahal gue mimpi indah, dikejar naga berekor sembilan sambil mangap-mangap ngeluarin asap.

"Udah waktunya pulang !!! Apa mau nginep di sini ???!!! Seru Tafsir.

"Pulanglah.... ayo atuh !!! Jawab gue.

Hari pertama kerja sudah gue lewatkan dengan orang yang tepat. Ya, Tafsir adalah guru yang handal bagi saya. Dia mengajarkan ilmu kanuragan yang terdalam. Mulai dari cara menggunting kain sampai menggulungnya.

Ternyata hari itu proyek yang kita kerjakan adalah membuat peredam pada plenum (ruang mesin). Sedangkan plenumnya memang berada diatas plafond kamar mandi.

Perkiraanku tentang zombie, teroris, dan penjahat dunia ternyata salah. Yang Tafsir kerjakan tadi murni proyek ducting. Bagi yang belum tahu apa itu Ducting, baca cerita sebelumnya Disini.

Dan satu yang benar adalah, lem I-bond mampu membuatku mabuk sesaat, mual, dan muntah dengan nafas terengah-engah.

Dasar Tafsir,
Selain sabar dia juga mengerti tingkah polah seorang pemuda. Itu disebabkan karena dia juga masih muda dan belum menikah.

Hari-hari selanjutnya aku makin akrab dengan Tafsir. Dia tukang, dan aku keneknya. Kami bekerja bersama dalam satu tim. Kalau di film, Tafsir sebagai Si Buta dari Goa Hantu, dan gue sebagai Keranya. Serasi !!!

....

20 hari kerja setelah gue kerja di Surabaya sebagai kenek (pembantu) Tafsir di proyek, gue pulang dan pergi ama Tafsir. Keluar dah kepribadian kita masing-masing yang masih bujang. Apa sih kalau bukan cewek.

"Tuh ada cewek yang godain kamu....!!!" Bisik tafsir ke gue.

"Mana....???!!"

"Itu...tuh, yang pake celana pendek di dalem gang...!!!" Jawabnya sambil sedikit nengok ke kiri untuk memberiku isyarat.

"Oh, ntar sore gue godain balik dah...!!" Celetuk gue sambil melirik ke arah cewek tadi.

Dalam hati, gue merasa bangga pada diri sendiri. Ternyata ada juga wanita yang melirik gue. Padahal kan, gue hanya kuli proyek !!! Pasti tuh cewek lebih parah dari aku !!! Atau sarafnya udah kemasukan pembersih lantai.


Tak sabar menunggu sore hari, gue nggak konsen kerja hari itu. Bayangan cewek tadi selalu hadir di lamunan gue. Saat gue memotong kain pembalut plenum, ada bayangan cewek tadi. Nggak jadi motong.

Saat gue membuka kaleng lem, ada cewek tadi di dalem dan melambaikan tangannya ke gue.

Kala gue modol di kamar mandi, kulihat bayangannya di dalem bak mandi.

Cie, gue merasa dihargain banget oleh cewek tadi.

Sore hari,
Gue dandan ala cowboy tak berkuda, pake minyak wangi dari penyulingan limbah bekas cucian dan make minyak rambut gatsby yang sudah nyaris abis, tapi gue campur dengan air.

Keren biut....

Gue nongkrong di gang depan kontrakan gue. Ada tempat tersendiri buat penongkrong, disediakan tempat dari bambu yang lebih mirip saung tapi tak beratap. Tempat biasa orang bokek kek gue nongkrong, karena nggak punya duit buat nongkrong di warung.

Disitu tepat banget karena cewek tadi pagi juga ngontrak deket-deket situ. Gue sering lihat dia sebelumnya. Saat dia nyuci di kamar mandi belakang, saat dia boker di selokan depan, sampai saat dia makan cacing tanah sambil dugeman.

"Hay....!!!"

Sapa gue melihat dia nongol dengan celana pendek kesukaannya. Mungkin dia nggak sadar kalau gue juga suka celananya. Hm, lebih tepatnya, pahanya. Hohoho.

"Hay...juga cowok...!!!"

Sambut temennya.

Hadeuh, si doi diem aja. Malah temennya yang manjawab.

Doi nggak sendiri. Dia bertiga dengan temennya. Yang menyahut tadi adalah anak dari warung depan yang masih duduk di bangku SMP. Gue udah sering bercanda sama dia, meski belum kenal. Namanya orang perantauan sudah hal biasa bercanda dengan orang yang belum kenal, tapi sudah sering bertemu. Apalagi kuli proyek kek gue, tak jarang bersiul saat ada cewek bohay. Maklumlah, kuli proyek memang nggak tahu sopan santun dan nggak menjaga harga diri berlebihan. Kami lebih suka blak-blakan dan bila memang kami melihat sekelebat cewek, sorak-sorai bakal membahana menyerukan suara kehausan. Hahaha.

"Hey adik, siapa temen kamu yang pake baju kuning itu ???!!!" Tanyaku pada anak si pemilik warung depan. Bukan warung Bu RT, warung proyek kami.

"Ada...deh...!!!" Jawabnya genit.

Sedang si doi masih diem, sedikit gerakan ulet bulu cukup memberiku sinyal kalau si doi bakal pengen gue kenal.

"Bentar ea....!!!"

Mereka bertiga berdiskusi rahasia banget. Gue sendirian, karena gue sengaja sendiri agar si cewek nggak malu-malu saat gue kenal. Itulah salah satu trik mengenal cewek. Jangan sampai se-RT kalian kerahkan untuk nemenin kalian saat mau kenalan ama cewek. Kelihatan banget kalau mental loe cemen. Lagian, emang mau demo ??!!

Berani nggak berani gue paksain. Karena itu satu-satunya cara agar gue dapet gebetan di Surabaya ini. Biar gue makin betah kerja disini. Yaps, niat gue yang pertama memang itu. Apalagi, apa sih yang lebih mnyenangkan bagi seorang pria kecuali uang dan wanita ???!!!
Nah.

Selesai berdiskusi,
Mereka memutuskan untuk mendekati gue. Gue masih duduk, sambil menunggu doi makin dekat.

"Rani....!!!"

Satu kata terucap dari doi sambil mengayunkan tangannya ke depan. Berniat mengajak gue kenalan dengan berjabat tangan.

"Hanip...!!"

Tangannya ku sambut dan gue memperkenalkan diri.

Akhirnya, si doi mau membuka mulutnya untuk pertama kali semenjak puasa anti bicara sedari tadi disitu.

Waow

Amazing !!! Gue nggak nyangka bakal ada cewek yang nyantol ama kuli proyek kek gue. Sedikit obrolan, tak lama karena saya juga belum biasa ngobrol ma dia, dia pamit balik ke kamar kontrakannya.

"Aku balik dulu ya,..!!!" Serunya.

"Ehm, oke...!!" Jawabku sambil memberi dia secarik kertas.

Sebelumnya udah gue siapin kertas yang bertuliskan nomor handphone gue. Ini mode tak asing bagi saya saat berniat mengenal seorang cewek. Gue balajar ini dari Jack Dawson di film Titanic. Dan peluangnya cukup besar untuk mendapatkan perhatian cewek. Dari 12 kali percobaan sudah 2 yang berhasil, yaitu si cewek menghubungi gue lewat nomer yang gue berikan.

Moga aja kali ini berhasil dan si Rani menghubungi gue lewat nomer yang gue berikan !!

Rani pun hilang dari pandangan gue disela jemuran depan kontrakan. Hawa -Yang-  segera memenuhi sekitar gue. Hawa positif yang memberikan kebajikan.

Setelah merasa mulut gue kering karena menganga dari tadi, gue beli fanta dan minjem gitar.

Gue tipikal orang yang mudah terbawa suasana. Saat suasana seneng kek gini, tindakan dan ucapan gue sangat ramah. Bernyanyi dengan riang gembira. Membawakan lagu Boneka India.

Tak heran pula kalau gue sedang sedih, seminngu cuma di kamar dan meratapi kesedihan. Beli silet dua karung buat menyayat pohon pisang. Nggak jarang bonyok gue nemuin rafia, bekas rencana pembunuhan diri gue di pinggir rumah.


...




Comments

Unknown said…
Dalam satu posting emang berisi beberapa moment ya bang? Rada pusing juga bacanya.. tp tetep posting ya
Hanip Garihal said…
Yups. Namanya juga curahan hati. Kuketik apa yang terlintas di fikiran dari kejadian yang pernah kualami.