#30harimenulissuratcinta



Perkenalan pertama denganmu
Eh, sebenarnya bukan perkenalan sih ya. Itu perbincangan pertama kamu dan aku yang terpatri di otakku. Sebab kita nggak pernah berkenalan secara formal. Inget waktu itu, aku jadi senyum sendiri.

...

Setelah aku stalking kamu, eh ternyata kamu menarik juga. Pertamanya, Kamu biasa aja, cuek, jutek, nggak menanggapi aku secara serius, yah seperti gadis cantik pada umumnya.

Aku kadang juga nggak mempedulikan kamu. Karena waktu itu, aku juga punya seseorang yang musti aku lebih perhatikan daripada kamu.

Dan beberapa bulan setelah mengenalmu, kamu mulai berani bercerita, tentang kehidupan pribadi kamu, masalah hati kamu. Akh, kamu cengeng banget kala itu.


Dan dengan pura-pura bijak, aku memberimu semangat agar lebih kuat menghadapi hati. Entah berpengaruh atau tidak, nyatanya kamu sedikit demi sedikit bisa ceria kembali. "Kamu lebih kuat"

...



Yap, aku orang yang pesimis. Kamu sudah mulai masuk ke dalam lamunanku. Kamu menerobos alam bawah sadarku. Kamu selangkah demi selangkah menguasai suara hatiku.

Aku bahagia bercampur duka. Bahagia karena bisa mengenalmu lebih jauh, tapi berduka karena takut tak bisa selamanya berkomunikasi, berbagi hal gila, dan yang paling aku takuti, suatu saat kamu pasti akan pergi dariku.

...


Di satu sisi, aku tak ingin lebih dekat denganmu lagi. 




...


Aku merasa tersiksa atas ulahku sendiri. Aku tertarik padamu, tapi aku pesimis tidak bisa memilikimu. Aku pun berusaha netral.

...

Aku mencari tahu apa yang terjadi padaku. Apa sebenernya arti kamu buatku.



Akhirnya setelah lama berjuang mengalahkan perasaanku sendiri, aku jadi merasa kamu sebagai teman.
Benar juga, dulunya aku hanya mengagumi kamu. Tapi sebenernya tidak mencintaimu. Aku lebih merasa seneng saat kamu mau aku ajak ngobrol, jawab chat-ku, dan mendengarkan suara gitarku.
Aku sudah seneng.
Sesederhana itu kan?

...



Yaps, aku merasa ada kamu sebagai penyemangatku. Saat aku bercerita tentang kemalasan dan ketakutanku menghadapi dunia, kamu merespon simple, tapi bagiku itu sebuah keluarbiasaan.

Aku dan kamu akrab sejenak. Saling mengejek dan mengeluarkan kekurangan masing-masing. Akh, aku merasa dekat denganmu.

Dan rasa ingin milikimu timbul lagi.


Yaps, kamu memang pemberi penasaran terbesarku. Aku juga merasa lebay, rendah, tak tahu diri berani-beraninya mengakrabi kamu dan berangan ingin memilikimu.

...


Itulah salah satu niatku. Pengen memiliki kamu dengan bersabar terus mengerti kamu dan berusaha selalu menghubungimu. Siang, malam, sampai bosan kamu mendengarkan hal yang nggak penting dariku.

...

Pertanyaan-pertanyaan basiku muncul. Super lebay-ku kumat lagi.


Bahkan aku mengaitkan dan merasa melebihkan segala hal tentangmu.



Akh, aku jadi merasa super goblog saat itu. 
Dan entah bener bosen atau sedang PMS, kamu mulai mengacuhakn aku. Tapi, otak positif thinking-ku lebih mendekati Hakim pengambil keputusan di diriku.


Bahkan dalam kurun waktu yang lumayan lama kamu kurang serius menanggapi aku, akh, atau lebih tepatnya mengacuhakan aku, aku masih saja berusaha menghubungi kamu.


...

Aku..
Lama kelamaan
Ku tersadar. Aku ternyata menggilai kamu, memujamu, tanpa punya mata hati. Aku perlahan-lahan introspeksi diri.

Terjadilah perang dalam hati dan otakku. Antara terus memujamu, atau memutuskan berhenti.


...

Entah mana jalan yang terambil, hingga surat ini terkirim padamu, aku masih dalam menetralisirkan diri.

Akh,
Kamu memang,..
Apa ya,
Lah, nggak bisa dijelaskan. 
Hanya bisa aku lamunkan.

...

Setelah tahu isi hatiku yang terpendam selama ini, apakah kamu akan lari sepenuhnya dari aku, atau malah pura-pura tidak tahu?
Akh, aku tidak ingin kamu bilang apa-apa. Dan aku harap kamu pandai untuk pura-pura tidak mengetahui semua ini.

Satu hal yang aku pengen, saat kamu sedih atau ada yang melanda pada hidupkmu, jangan sungkan bercerita padaku.


Dan lagi-lagi, kamu masih menempati posisi kedua
"wanita yang paling tak kurelakan berduka"
setelah ibuku.


...

Comments

Unknown said…
Wow! This is soooo good. I love you. Hahaha